Sejarah Desa
Gampong Alue Raya disebut oleh para indatu, bahwa pada masa itu penjajahan Belanda jauh beberapa tahun yang lalu di Gampong Alue Raya sebuah aliran air/parit besar (ALUE RAYEUK), bahkan oleh para orang tua besarnya parit tersebut dikisahkan oleh orang tua,nenek moyang orang dari Aceh Pidie (pernah menanam lada di Alue Raya), bahwa Alue Raya tersebut ukuran besarnya bisa dilewati perahu layar para penjajah Belanda. Aliran tersebut dari laut sampai ke kaki bagian belakang gampong Alue Raya yang disebutkan dengan TUPIN, dari kisah dan peristiwa tersebut oleh para orang tua sepakat memberi nama dengan gampong ”Alue Raya” yang disebabkan dengan terjadinya Tsunami maka kini telah kembali Alue Raya tersebut.
Gampong Alue Raya dulunya terdiri dari 4 Dusun yaitu : Dusun rimba Langgeh, Lueng siron, ujong serdang, dan Cot Buloh, Tapi setelah Tsunami telah berubah menjadi 3 Dusun yaitu:
1. Dusun Rimba Langgeh
2. Dusun Ujong Serdang
3. Dusun Cot Buloh
Nama dusun tidak berubah tapi menghilangkan salah satu dusun yang diakui oleh pemerintah sekarang dan masing-masing dusun dikepalai oleh seorang kepala dusun.
Sejarah pemerintahan Gampong
Sistem pemerintahan gampong Alue Raya sudah dibangun sejak zaman dahulu, dimana fungsi pemerintahan masih sangat kental dengan budaya lokal yaitu pemerintah yang mengedepankan nilai-nilai Islami sebagai prinsip pembangunan. Keberadaan Mesjid/Meunasah merupakan simbol KeIslaman sebagai tempat membicarakan setiap persoalan masyarakat .
Pada awal pebentukan pemerintahan secara formal, Gampong Alue Raya dipimpin oleh seorang Keuchik yang dibantu oleh perangkat gampong yang terdiri dari seorang Sekretaris dan oleh para Kepala Urusan. Tuha peut sebagai Badan Permusyawaratan Gampong yang berfungsi untuk dan penyelenggaraan pemerintahan oleh Tuha Peut masih sangat kental dengan adat istiadat. Tuha Peut berwewenang memberi pertimbangan terhadap keputusan Keuchik menghargai kinerja dan kebijakan Keuchik.